Jendela Dunia adalah sebuah website yang menyediakan berbagai macam
review buku
Buku adalah jendela ilmu yang akan membuka cakrawala kehidupan
manusia
Home
Buku merupakan jendela dunia, membaca merupakan suatu syarat untuk
membuka jendela tersebut agar pengetahuan dan wawasan kamu dapat
berkembang menjadi lebih luas. Kegiatan membaca buku dapat dilakukan
oleh siapa saja mulai dari anak-anak, remaja, dewasa maupun
orang-orang yang telah lanjut usia.
Buku merupakan sumber informasi yang sangat kita butuhkan untuk
mengikuti perkembangan dunia saat ini. Dari buku kita dapat membuka
wawasan berbagai cabang pengetahuan seperti ilmu pengetahuan umum,
sosial, budaya, politik, bahkan ilmu tantang psikologi manusia.
Selain itu membaca, dapat mengubah masa depan karena semakin
meluasnya pola pikir yang kamu miliki maka pilihan hidup yang kamu
hadapi pasti lebih banyak.
Membaca buku dapat memberikan berbagai macam manfaat, seperti
bertambahnya inspirasi kita dalam menuntut ilmu, namun sayangnya
kegiatan membaca buku akhir-akhir ini kurang diminati oleh
masyarakat, dengan alasan berbagai alasan seperti kesibukan, maupun
karena terdistraksi oleh banyaknya media informasi yang mudah
diakses seperti medsos, televisi, dan internet.
Di website ini kamu dapat menemukan berbagai macam review buku yang
dapat membantu kamu dalam memilih buku yang akan kamu baca. Selain
itu kamu juga dapat menemukan informasi mengenai buku yang sedang
kamu baca dan kamu ingin tahu lebih lanjut. Yuk scroll kebawah dan
lihat review buku yang ada disini.
Review Buku
Carrie
-
by Stephen King
Hai! Sebelum masuk ke inti postingan ini, izinkan saya curhat dulu
suka duka selama membaca Carrie haha. Baik, sebenarnya saya mulai
membaca Carrie ini seminggu setelah selesai membaca RnR tapi niat
saya membaca Sharp Object milik Gillian Flynn, ternyata saya dapat
ujian yang membuat saya gak fokus membaca mengingat SO lebih dari
300 hlm. Jadi saya kembalikan itu novel dan meminjam Carrie. Saya
baca di ipusnas ya seperti biasa. Saya kita Carrie dengan hlm
kurang dari 300 akan lebih ringan dari SO, eh ternyata tidak.
Ujian hidup ini benar-benar menguras mental saya! saya sampai
terkena reading slump tapi denial terus haha. Tapi akhirnya saya
mampu menyelesaikan Carrie walau butuh hampir 3 minggu, perjalanan
yang sangat panjang ya. Baiklah, berikut resensi Carrie.
Carrie White adalah gadis yang tidak populer, tapi dia memiliki
kemampuan tersembunyi. Carrie bisa membuat benda-benda bergerak
jika dia memusatkan perhatiannya pada benda itu. kemampuan ini
membuatnya berkuasa dan menjadi sumber dosanya. Carrie hanya
ingin menjadi gadis normal di sekolah, tidak diejek sebagai
gadis aneh, dan… bisa pergi ke pesta dansa sekolah. Hingga
seorang gadis berusaha menebus kesahalannya pada Carrie dengan
memberikan semua keinginan Carrie tersebut. Kebaikan itu berubah
menjadi malapetaka yang takkan pernah dilupakan teman-teman
sekolahnya dan seisi kota.
Carrie ini adalah novel Om Stephen King yang saya baca pertama.
Wah, saya berharap tinggi pada novel ini. Menurut saya pribadi,
mengambil tema buli dan fanatik beragama sangat menarik terutama
fanatik beragama, saya suka sekali karena entah mengapa saya
rasa mengambil tema ini butuh keberanian yang besar. Tapi
sebelumnya saya mendapat persepsi bahwa Carrie itu horor, saya
lupa persepsi ini datang dari mana haha, sehingga saya berpikir
begini “wah, pasti ada hantunya nih oke lah siapa takut.” Lalu
saya baca 20 hlm pertama dan kecewa karena tidak ada hantunya
haha. Ternyata Carrie sudah difilemkan ya, saya iseng mengecek
trailernya dan setelah menontonnya saya tidak terlalu antusias
karena sudah mengetahui setengah jalan ceritanya haha. Ini
sebabnya saya malas berhadapan dengan spoiler, tapi tak bisa
menghentikan niat untuk tak mencari spoiler.
Carrie ini menakutkan karena gorenya saya pikir, lalu ada
hal-hal yang harus diperhatikan sebelum membaca novel ini
seperti kekerasan, adegan seksual, dan buli sudah pasti ya. Jadi
perlu diberi rating 18plus nih novel menurut saya. Ada satu hal
yang menganggu saya, yaitu mengenai payudara bu guru desjardin.
Penulis menjelaskan payudara desjardin besar di awal lalu tak
jauh dari sana ada adegan dimana penulis menjelaskan lagi bahwa
payudaranya besar. Mungkin ini seksis atau bagaimanalah saya
tidak paham beginian, tapi yang menganggu saya adalah penjelasan
kedua tidak penting. Untuk apa??? Sebelum tidur aku memikirkan
ini haha.
Kebingungan saya soal payudara. Saya butuh waktu lumayan lama
untuk membiasakan diri dengan gaya tulisan penulis dan
terjemahannya. Penulis menambahkan monolog tiap tokoh di dalam
kurung dan ini diletakkan di tengah-tengah narasi, sungguh
menguji sekali ya haha. Saya baru paham bahwa kata dalam kurung
itu monolog setelah baca hampir 50 hlm! Tapi dalam hal ini
mungkin sayanya yang lemot ya. Penulis juga mengambil latar
belakang sekolah yang amerika banget, buli, mabuk, narkoba, sex,
blablabla klise banget sebenarnya menurut saya. Namun saya paham
setelah mengecek tahun terbit pertama kali novel ini, tapi tetap
saja klise haha *ngotot* dan bosan juga dengan latar belakang
yang seperti ini. Apa memang sekolah di sana kebanyakan muridnya
seperti itu? apa tidak ada hal baiknya?
Terlepas dari semua di atas, Cuma di Carrie saya menemukan
karakter seperti Susan Snell. Dia karakter favorit saya di novel
ini. Saya suka bagaimana dia tulus ingin menolong Carrie dan
berusaha keluar dari hal yang membuatnya trauma. Jadi, jika
kalian tak masalah dengan kekerasan, gore, dan adegan seksual,
coba baca Carrie. Banyak hal menarik seperti fanatik agama,
kekuatan Carrie yang menurut saya seru karena seperti saya
berada di dunia fantasi haha, dan karakter Carrie, Susan, Chris,
bahkan Ibunya Carrie, sangat khas dan kuat. Bagian saat Carrie
menghancurkan seisi kota juga seru banget loh! saya menyimpulkan
bahwa penyebab kehancuran adalah perundungan oleh teman-teman
Carrie, belum dia harus menghadapi tekanan di rumah karena
Ibunya fanatik beragama. Hah, lelah. Kalau sudah begini
sebaiknya saya akhiri saja ya. Jangan mencari sosok hantu di
Carrie ya!
Terima kasih yang sudah membaca resensi kali ini. Selalu jaga
kesehatan, jangan lupa pakai masker dan cuci tangan. Sampai
jumpa di resensi selanjutnya!
Cinta Tak Ada Mati
-
by Eka Kurniawan
Saya terkadang bingung memilih kata yang tepat untuk setiap
postingan saya. Hai apa kabar? Salam? Atau bagaimana. Ini memang
konyol dan saya belum memiliki solusi untuk hal ini jadi, abaikan
sajalah.
Akhir-akhir ini saya suka membaca komik online sampai saya lupa
bahwa sudah satu minggu lebih tidak membaca buku padahal masih
banyak TBR saya. Namun entah bagaimana caranya, saya mulai
kembali membaca buku dan kali ini adalah salah satu karangan Eka
Kurniawan, Cinta Tak Ada Mati.
Cinta Tak Ada Mati adalah kumpulan cerita pendek, sekitar 10
lebih cerita pendek. Setiap cerita pendek memiliki genre
tersendiri namun lebih dominan tentang penderitaan. Ternyata
beberapa cerita pendek yang dimuat pernah saya baca sebelumnya
di karya Eka Kurniawan dkk, yaitu Kumpulan Budak Setan.
Sebenarnya saya berharap semuanya cerita pendek yang belum saya
baca tapi gak papa.
Saya suka sekali dengan gaya bahasa Eka Kurniawan. Waktu pertama
kali membeli karyanya yang Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar
Tuntas, saya sedikit bingung tapi tetap enjoy membacanya. Saya
juga perlahan-lahan paham garis besar ceritanya. Sama seperti
buku tersebut, saya menikmati Cinta Tak Ada Mati dan bahkan tak
pusing sama sekali. Pesan yang ingin disampaikan pada pembaca
juga sangat lugas. Saya selalu tersenyum setelah mengakhiri satu
cerita pendeknya. Senyum saya adalah hasil bahwa saya paham
pesan dan ceritanya.
Namun tak lengkap rasanya kalau tidak ada kritik. Hah, saya
bertingkah seperti pembaca yang ahli saja ya. Satu hal yang saya
sayangkan adalah ada sebuah cerita pendek yang menggunakan
bahasa lama. Maksudnya ejaan tempoe doloe. Jujur saja ini
mengagetkan saya karena saya belum pernah membaca buku dengan
ejaan tempoe doloe. Saat saya baca paragraf petama, saya seperti
orang bodoh. Saya tidak paham ceritanya namun ketika saya terus
membaca, tentu sambil mencari terjemahannya di google, saya
paham. Sangat paham.
Saya rasa Eka Kurniawan melakukan hal ini untuk mengurangi
susana bosan atau sebagai gebrakan baru. Ya saya kesalnya sama
diri saya sendiri karena belum paham betul ejaan tempo doloe.
Mungkin di luar sana ada pembaca seperti saya, jadi hal ini
patut diperhatikan. Namun ini juga menyenagkan karena memberi
kesan kuat dan ketika saya berhasil memahami ceritanya, saya
merasa bangga luar biasa pada diri saya sendiri hahaha.
Baiklah, sampai di sini saja ulasan saya kali ini. Terima kasih
yang sudah membaca postingan saya kali ini dan sampai jumpa di
postingan selanjutnya!
Emma
-
by Jane Austen
Sudah mulai memasuki musim hujan, udara dingin, secangkir teh dan
novel classic di tangan. Waduh, aku sudah seperti orang Inggris
saja ya haha. Sesuai jadwalku, Emma akan jadi buku fisik terakhir
yang aku baca tahun ini. Yah, sedih memang. Masih ada 3 TBR dan
aku gak optimis membaca mereka semua tahun ini. Jadi Emma saja
sebagai penutup tahun.
Oke, pertama aku bahas kualitas terjemahannya dulu ya. Aku
sangat berterima kasih kepada Mbak Istiani selaku penerjemah,
karena aku puas sekali dengan kualitas terjemahannya. Terima
kasih banyak ya Mbak, semoga sehat selalu. Jika kalian melihat
lagi di blurb dikatakan bahwa jenaka adalah salah satu karakter
Emma dan aku sangat setuju dengan ini karena didukung oleh
kualitas terjemahannya yang membuat aku tertawa dengan tingkah
jenaka Emma. Bukan hanya karakter Emma saja yang jenaka, aku
juga dibuat tertawa oleh tingkah laku jenaka Frank. Intinya aku
tidak ada masalah dengan kualitas terjemahannya.
Selanjutnya mengenai alur, konflik, dan kaitannya dengan blurb.
Alur maju namun beberapa kali ada pembicaran ke masa lalu. Ya
seperti kita kalau ngobrol sama teman tentang sikap mantan pacar
gitu lah. Dan konflik juga menurutku tidak begitu heboh atau
menegangkan namun cukup mengagetkan. Konfliknya juga antar
sesama tokoh kok tapi ya gak lebay kek di sinetron gitu karena
ini novel classic, jadi para tokoh sangat menjaga sopan santun
mereka yang membuat aku menangis karena mereka sopan sekali dan
menjaga sekali tindak tanduk mereka. Satu hal yang membuatku
heran adalah, ternyata blurbnya tidak berisi isi cerita secara
keseluruhannya. Saat aku membaca bagian kegagalan Emma
menjodohkan Harriet, ini masih seperempat halaman. Lalu aku
bertanya-tanya selanjutkan akan mengisahkan apa karena konflik
menjodohkan Harriet udah kelar nih. Setelah aku baca sampai
tamat, aku paham bahwa inti dari novel ini adalah tentang Emma
dan kawan-kawannya menemukan pujaan hati mereka hingga ke
pelaminan. Aku sudah menduga happy ending kok jadi aku puas
dengan endingnya.
Lalu apa saja sih hal yang sangat kusukai dari novel ini?
Karakter, aku sangat suka sekali cara Jane Austen menggambarkan
karakter tiap tokoh. Sangat kuat, ini juga didukung dengan
banyaknya dialog antar tokoh dan semakin memperjelas sekali
bagaimana karakter Emma, Harriet, Jane, Mr. Knightley, Mr.
Elton, Frank dan lainnya. Aku juga merasa lebih banyak dialog
dibandingkan narasi namun tak masalah karena aku suka pola
seperti ini, selain itu aku hanya menemukan satu bentuk paragraf
yang tak kusuka.
Kekurangan dari novel ini hanya satu, terlalu lama. Yah, 740
halaman dan aku harus sabar. Aku hampir bosan namun bagaimana ya
aku mengatakannya, intinya aku terus ingin baca sampai selesai.
Bosan pun tak masalah karena beberapa bab kemudian rasa bosan
itu hilang. Tapi aku setuju kalau ada yang bilang novel ini
terlalu banyak bab dan halamannya haha.
Bagi kalian yang sedang mencari novel classic dengan konflik
yang tak begitu menghebohkan, karakter tokohnya kuat hingga
semua kekurangannya kelihatan semua, dan pasti happy ending,
Emma wajib kalian baca. Dan saranku adalah baca Emma di waktu
senggang kalian, seperti waktu libur panjang. Kenapa? Karena
Emma ini enak dinikmati perlahan, tak buru-buru, dan saat
suasana santai. Salahku adalah membaca Emma di tengah hectic-nya
kuliah onlineku. Bisa kalian bayangkan kan bagaimana aku sekuat
tenaga untuk tetap fokus membaca Emma sampai selesai.
Baiklah, karena sudah lebih 650 kata, aku harus undur diri.
Terima kasih yang sudah membaca reviu buku kali ini. Tetap jaga
kesehatan ya, see you. Sampai jumpa di postingan selanjutnya!
Rotasi dan Revolusi
-
by Crowdstroia
Menyelesaikan buku fisik pertama di tahun 2021 ini rasanya lega
sekali ya, sekaligus seperti sebuah pertanda baik.
Pertama, saya menikmati gaya kepenulisan penulis. Ada beberapa
analogi terutama benda-benda langit seperti matahari dan komet
yang mana merupakan persamaan utama dalam menggambarkan sosok
Riv dan Arraf. Tak ada keluhan, saya sangat paham dengan
perumpamaan ini. Penulis menganalogikan matahari dan komet
dengan sangat gamblang. Penulis juga menggunakan bahasa inggris
sesekali, namun saya paham arti dari kalimat tersebut dan saya
rasa juga penulis menggunakan kosa kata asing yang sering
ditemui sehari-hari. Jadi maksudnya sehari-hari saya pakai
bahasa inggris?! Bukan begitu, maksudnya bahasa inggris yang
penulis gunakan cukup meraih kemampuan bahasa inggris yang saya
kuasai. Bukan kosa kata toefl ielts gitu kok, serius.
Saya mengikuti novel ini saat masih di platform kepenulisan,
Wattpad, sehingga beberapa bagian sama namun tentu saja versi
fisiknya ini lebih mantap dan lengkap. Saya suka alur maju dari
novel ini, tidak bertel-tele juga walau sebagian besar hanya
membahas perkembangan hubungan mereka. Latar belakang keluarga
Riv dan Arraf menurut saya lumayan unik dan saya salut kepada
penulis yang berani mengambil latar belakang kelurga mereka
seperti itu.
Satu hal lain yang buat saya salut adalah karakter Riv dan
Arraf, perkembangan karakter mereka juga bagus. Saya mengikuti
penulisnya di beberapa social media, beliau pernah mengatakan
bahwa karakter Riv dan Arraf ini jarang ditemui di dunia nyata
kita sebab itu mereka digambarkan sebagai sosok dewa-dewi.
Sebenarnya saya tidak sepenuhnya setuju karena mungkin di luar
sana ada beberapa orang dengan karakter logis seperti Riv dan
Arraf namun yang mirip sekali seperti mereka tentu saja tidak
ada.
Riv dan Arraf ini logis dan sama-sama cerdas. Bahkan beberapa
pembaca mengatakan mereka seperti digurui atau karakter mereka
hanya sebagai alat untuk menunjukkan betapa cerdasnya si
penulis. Menurut saya ini hanya sudut pandang pribadi saja,
secara pribadi saya tidak merasa digurui karena saya tak
sepenuhnya setuju dengan sudut pandang Riv dan Arraf. Sayangnya,
saat sampai bab pertengahan saya merasa penulis hanya ingin
menggambarkan flawas Arraf saja, namun akhirnya saya bisa
menemukan flaws-nya Riv walau tersirat.
Setelah hampir selesai membaca saya sadar satu hal, “Oh jadi ini
intinya tentang hubungan mereka saja?” bahkan saya ingin
menyerah untuk membaca dua bab terakhir hahaha. Saya sadar ini
masalahnya ada pada diri saya sendiri, saya kurang tahan dengan
novel satu pembahasan saja seperti ini sebagian besar tentang
perkembangan hubungan Riv dan Arraf. Padahal saya ingin tahu
lebih jelas tetang skripsi Riv dan keluarga Riv dan Arraf.
Memang benar, penulis menjelaskan ini semua namun saya rasa
hanya sekilas. Ada satu hal yang menjadi misteri dari novel ini
(spoiler alert!), pada halaman 128 ada percakapan Riv dan Arraf,
intinya Riv berkata bahwa dia tak melihat Arraf di restoran
sushi itu padahal, saya ingat penulis menarasikan bahwa Riv dan
Arraf saling melambaikan tangan di restoran sushi itu (hal 116).
Jadi yang benar apa? Tidak tahu sebab itu hal ini masih menjadi
misteri bagi saya.
Saya mendapat cukup banyak nasihat hubungan dari novel ini, tak
sabar ingin menerapkan semua itu pada pacar fiktif saya.
Sampulnya bagus banget, saya suka sekali. Riv dan Arraf seperti
menyatu dengan analogi mereka. Lalu saya juga berhasil
mengaitkan judul dengan inti ceritanya. Ya, saya rasa cukup.
Terima kasih sudah membaca resensi singkat ini. Selalu jaga
kesehatan dan sampai jumpa pada resensi buku selanjutnya!
The Dry
-
by Jane Harper
Apa jadinya dunia saat musim kemarau berkepanjangan memakan
korban? Inilah novel misteri yang akan membuat pembaca haus. Siapa
yang sebenarnya menghabisi keluarga Hadler?
Secara personal, saya cocok dengan kualitas terjemahannya. Walau
ada beberapa salah ketik namun keseluruhan saya menikmati
kualitas terjemahan hingga akhir. Juga gaya penulis yang selalu
menyisipkan cuplikan masa lalu di tengah-tengah narasi masa kini
tak masalah dan saya menikmatinya.
Satu hal yang ingin saya soroti dari novel ini adalah alur
ceritanya. Saya paham bahwa novel ini adalah misteri namun
sayangnya saya gagal merasakan perasaan deg-degan atau membuat
saya berpikir keras walau tersangkanya cukup mengejutkan saya.
Bahkan di tengah-tengah cukup membosankan karena setiap akhir
chapter tidak selalu diakhiri dengan narasi yang membuat saya
berpikir atau penasaran.
Saya juga merasa novel ini seharusnya memiliki halaman kurang
dari 400 agar tidak terlalu bertele-tele. Bagusnya, penulis
memiliki pola yang konsisten sehingga akan mudah dipahami oleh
pembaca. Mengeluarkan tersangka di detik-detik terakhir juga
cukup memuaskan dan karakter tersangka berhasil membuat saya
kesal.
Ah iya, penulis juga berhasil menggambarkan musibah kekeringan
di Kiewarra. Saya bisa merasakan panasnya haha.
Sejak kapan,
kata Falk
rasa sayang bisa menghentikan siapa pun untuk menyakiti
seseorang?
Baiklah, sampai di sini saja ulasan saya kali ini. Terima kasih
yang sudah membaca postingan saya kali ini dan sampai jumpa di
postingan selanjutnya!